URGENSI KETELADANAN - ABAH ADAM

URGENSI KETELADANAN


Istilah uswah atau qudwah hasanah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata teladan atau 

keteladanan, yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk di contoh, baik berupa sifat maupun berbuatan. Kata ini juga digunakan untuk menyebut sosok pemilik sifat terpuji atau pelaku kebaikan.

Manusia secara fitrah sangat membutuhkan sosok yang dijadikan teladan. Karena itu, sebagai salah satu bentuk rahmat Alloh kepada manusia, Dia telah mengutus Rosul-Nya yakni Muhammad ﷺ untuk menyampaikan risalah Islam kepada ,manusia dan untuk dijadikan teladan oleh mereka.
Alloh telah berfirman :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang 

mengharap rahmat Alloh dan Hari Akhir, serta banyak berzikir menyebut Alloh.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)

Imam Ibnu Katsir Rohimahulloh ﷺ menjelaskan bahwa ayat yang mulia ini adalah landasan yang sangat agung dalam meneladani Rosululloh ﷺ baik dalam ucapan, perbuatan, maupun segala keadaan 

beliau. Karena itu, Alloh memerintahkan manusia untuk meneladaninya pada hari terjadinya perang 

Ahzab, terkait kesabaran Rosululloh, upaya untk terus bersabar, tetap kokoh di medan perang, kesungguhan, dan penantian Rosululloh ﷺ terhadap kelapangan dari Alloh. (Lihat Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Imam Ibnu Katsir)

Sosok teladan yang hidup, bergerak dan terlihat nyata tak diragukan lagi sangatlah besar pengaruhnya bagi manusia. Akhlak mulia dan berbuatan baik yang tamapak nyata dan dapat dilihat akan sangat bekesan di mata manusia.

Bahkan pesan-pesan yang disampaikan dengan bahasa tubuh (baca: Perbuatan) seringkali lebih besar pengaruhnya dibandingkan yang disampaikan dengan bahasa lisan. Tentunya termasuk dalam hal ini bentuk penerapan keislaman berupa melaksanakan suatu perintah maupun meninggalkan sebuah larangan.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits, di mana dahulu Nabi Muhammad ﷺ pernah memakai sebuah cincin dari emas. Lalu pada suatu hari beliau mengatakan kepada para sahabatnya:  “aku telah mamakai cincin dari emas”, kemudian beliau ﷺ  mencopot dan membuangnya seraya berkata: 

“Sesungguhnya, kini aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya”. Para Sahabat pun lantas mencopot dan membuang cincin-cincin mereka.

Ibnu Batthol mengomentari hadits tersebut, dimana hal ini menunjukkan bahwa contoh berupa suatu perbuatan lebih mengena dapipada sebuah perkataan.

Hal ini terlihat lebih jelas lagi misalnya dalam pola pendidikan anak dalam keluarga. Orang tua yang sholih dan cerdas pasti akan menerapkan metode tarbiyah yang tepat dengan memperhatiakn 

perkembangan usia anak-anak mereka. Pada saat anak di usia dini,orang tua harus lebih banyak memberikan contoh-contoh nyata dengan mempraktekkan hal-hal yang ingin diajarkan kepada anak-anak mereka. Karena itu, rahasia sukses bagi orang tua yang mendambakan anak yang sholih sebenarnya tidaklah sulit. Tidak perlu mencari  buku-buku dengan teori-teori yang rumit. Kunci utamanya adalah:

  • Jadikanlah diri anda orang tua yang sholih sebelum anda mengharapkan kesholihan itu ada pada diri putra-putri anda.
  • Jadilah teladan mulia bagi putra-puri anda sebelum mereka mencarinya pada sosok selain anda.
  • Jangan sibuk menyalahkan putra-putri anda jika ada kesalahan pada prilaku mereka, sebelum anda 
  • mengintropeksi diri denan benar.


Qudwah Hasanah Vs Qudwah Sayyi’ah

Besarnya pengaruh sosok teladan hidup yang dapat dilihat perilakunya dalam perilaku terpuji. Bemikian pula sebaliknya, sebuah perilaku tercela ketikaia tampil lebih kuat, mempesona dan lebih memikat dapat menjadi contoh telada negative bagi diri seseorang.

Banyak anak-anak yang tadinya sangat penurut tiba-tiba menjadi pembangkang. Ucapannya yang semula sopan, tidak disangka berubah menjadi kasar dan tak pastas didengar oleh telinga. Nasihat orang tua seringkali tidak lagi mempan, bahkan dianggap angin lalu yang lewat begitu saja tak terbekas. Lau siapakah yang telah merubah mereka? Siapa pula yang mereka dengarkan nasihatnya? atau siapakah yang menjadikan ‘guru’ yang mereka teladani itu? Ya.., siapa lagi kalau bukan kawan-kawan pergaulan mereka. Pintu bagi problem yang menggunung akan semakin terbuka lebar manakala sang anak bergaul dengan kawan-kawannya yang buruk. 

Karena itulah, orang tua secara khusus memperhatikan dengan seksama masalah pergaulan anak mereka, siapa yang menjadi kawan dekat mereka ? agar jangan sampai sosok teladan yang buruk mencemari sang buah hati.

Wallaahu a’alam bisshowab.

1 comment:

Welcome di Blog AnakAbah
jangan lupa tinggalin komentar yaa.
karna komentar akan menambah semangat saya

pasti saya komen balik

Note: only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.