PONOROGO ATAU KOTA REOG - ABAH ADAM

PONOROGO ATAU KOTA REOG


AnakAbah. Awal mula saya mengenal daerah ini adalah ketika saya duduk di bangku 3 SMP. Saat itu, kedua orang tua saya sangat menjanjikan saya untuk di masukan kesalah satu pesantren yang sudah sangat terkenal disana. Gontor namanya.

Saya memang sudah sangat tertarik dengan dunia pesantren sejak lulus SD, bahkan dulu waktu SD pernah merasakan pesantren di daerah bekasi walau hanya setengah semester.

Yang itu nanti saya ceritakannya ya shob. Sekarang kita akan membahas tentang ponorogo.

Ponorogo, sering dikenal dengan kota reog. Kalian semua tau reog kan sob. kalau menurut saya, reog itu semacam topeng besar yang sangat berat hanya bisa diangkat oleh para ahli, dihiasi dengan bulu burung merak yang sangat indah dan kepalanya seperti singa atau macam yang jadi terlihat seram.

Nah, untuk sejarah ponorogo saya tidak tahu banyak sob. tapi saya akan memberikan sedikit coretan tulisan asli dari pemerintahan ponorogo yang bisa kalihan lihat disini.

SEJARAH PONOROGO
·         BATHORO KATONG MENDIRIKAN KADIPATEN 
Menurut Babad Ponorogo (Purwowidjoyo;1997), setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman ( yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman. Sekitar 1482 M eng konsulidasi wilayah mulai di lakukan.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.Dengan persiapan dalam rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama. 
·         SEJARAH BERDIRINYA 
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Bathoro Katong adalah pendiri Kadipaten Ponorogo yang selanjutnya berkembang menjadi Kabupaten Ponorogo.
·         ASAL – USUL NAMA PONOROGO 
Mengutip buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997). Diceritakan, bahwa asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum’at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana Raga”yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo. 
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan,j asmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mnempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.
Lumayan panjang ya sob, tapi tenang. dengan membaca ini kita bisa mengerti sejarah tentang Ponorogo. Jadi saat di tanya guru atau dosen tentang Ponorogo kalian jadi paling jago dan temen kalian minta jawaban saat ujian sejarah indonesia. *busyed

Nah, sekarang saya akan melanjutkan tulisan saya yang kemaren tentang Go To Reog city.

Setelah sampai di station madiun, saya bingung mau naik apa untuk sampai ketujuan akhir. Kebetulan saat sampai sana subuh dan udara masih sejuk tanpa adanya polusi.

Memang, saya melihat orang-orang tua yang hendak menjemput anak nya dan satu jurusan sama saya. Tapi saya tidak pintar untuk meminta tumpangan pada mereka yang menyewa mobil karna saya juga harus bayar. *pengen gratisan

Akhirnya saya menghubungi rekan saya yang ada disana, karna saya pernah disana tentunya ada teman lah satu atau dua. Tapi ternyata mereka sudah tidak ada disana dan saya terpaksa naik ojeg.

Saya nanya kepada si tukang ojeg, karna saya tidak bisa bahasa jawa yang tidak seperti saudara laki-laki saya yang semuanya bisa bahawa jawa.

Saya : Mas, Kesana berapa?
Ojek : 100 ribu Mas,

Saya : mahal banget toh, biasane 60 ribu!
Ojek : okeh lah.

*gambang banget dah nawar tukang ojeg


Dalam perjalanan saya membayangkan betapa Agungnya Tuhan yang menciptakan dunia ini dan betapa jauhnya perjalanan si abang ojeg untuk mengantar saya dari Madiun ke Ponorogo.

Ditemani dengan hembusan angin semapai yang terhempaskan kuat oleh motor dan bercampur dengan dinginya embun pagi yang dikelilingi padi menguning dan terbitnya matahari membuat saya damai dan senang mempunyai aktifis lain selain ngantor.

Tidak terasa damai ini membutakan saya untuk tidak kembali kesana dan Setelah saya sadar betapa jauhnya, saya memberikan tambahan buat Mas-Mas ojek sambil mengucapkan “hati-hati dijalan mas”.

Pada akhirnya sampai juga di Pesantren adik ku yang namanya Al-Muqoddasah.

Nah, yang belum taupesantren Al-Muqoddasah nanti saya ceritakan di episode selanjutnya.

Maaf ya sob!, sekarang tulisan saya kaya sinetron. Bersambung mulu.

Yups, saya berikan salam hangat buat kalian yang mampir kemari.




10 comments:

  1. serius? dari madiun - ponorogo naik ojeg?
    jauh kagak sih? sini yang deket aja ngga tau jarak dari madiun-ponorogo jauh apa deket hehe

    mulia sekali, ngasih tambahan ke bapak-bapak ojegnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. naek ojek bang, untung ngak becek hahaha

      jauh banget bang, saya sampe ngantuk di motor. terus si abangnya ngebut tambah dah .

      ahh bisa aja si abang wisnu ini

      Delete
  2. Wahhh terakhir ke ponorogo ke bukit cumbri itu yang tingginya seperti gunung andong di jogja ini ngeri bangettt

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh, mantaps tuh . .
      kemarin saya ngak sempet jalan-jalan bang,. karna memang lagi puasa dan hawa ponorogo kalau siang panas banget. .

      tidur aja sampe keringetan kaya mandi se bak . .

      *salam kenal yaa

      Delete
  3. Wah lengkap banget pembahasannya nih.
    Bentar, itu ko nawar tukang ojek mudah banget, kaya balikin telapak tangan mas..hehe

    Atau memang harganya murah ya, terus di naikin gitu..hehe

    Itu naik ojek berapa lama mas untuk sampai?

    ReplyDelete
    Replies
    1. eaa, ini masih bersambung loh bang andi. .

      iyeh bang, memang harga pasarannya segitu.
      cuma si abang ojeknya mau naekin harga sendiri, mungkin sedang ber-expetasi orang kota dengan muka baru bangun tidur gampang di kibulin *HaHaHa . .

      kira-kita 1,5 jam saya naek bersama si abang ojek asal pacitan itu.
      kaya perjalanan Jakarta_bogor heheh

      Delete
  4. siip, tambah wawasan tentang Ponorogo

    ReplyDelete

Welcome di Blog AnakAbah
jangan lupa tinggalin komentar yaa.
karna komentar akan menambah semangat saya

pasti saya komen balik

Note: only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.